“Oke, buat tiap updatenya nanti bakal kita kabarin via email ya.” Ucap Marin sambil mematikan layar iPad dan membereskan buku catatan didepannya.
“Thanks kak Marin, maaf banget ya kalo meeting kita ini ganggu liburan kakak di Bali.” Wanita di hadapannya mengatupkan kedua tangannya di depan dada dengan tatapan menyesalnya.
“Haha its okay, its my job tho.” Marin membalas dengan senyuman, memastikan agar clientnya itu tidak perlu merasa bersalah. Ia terus melambaikan tangannya hingga clientnya menghilang dibalik pintu cafe.
Marin menghela nafasnya berat, menyenderkan tubuhnya pada punggung sofa cafe. Kini tubuh, wajah dan pikirannya menjadi lebih rileks dibandingkan dengan beberapa jam yang lalu. Wanita dengan rambut sebahu yang baru saja berjalan meninggalkannya adalah client terakhir dari total 4 client yang membuat janji bertemu saat Marin di Bali. Marin tidak masalah jika harus menyempatkan waktu untuk bertemu dengan client disaat seharusnya ia menikmati sunset dan suasana santai di Bali. Lagipula, Marin lebih merasa ‘hidup’ dengan melakukan hal seperti ini.
Marin mengeluarkan handphone dari saku celananya, jam menunjukkan pukul 7 malam. Itu artinya ia menghabiskan total waktu 7 jam dengan clientnya hari ini. Marin bergegas berdiri untuk kembali ke hotel, sudah bisa dipastikan bahwa nanti kedua temannya akan memberikan ocehan yang panjang tentang betapa menyebalkan dirinya.
Tapi jujur saja, Marin sendiripun merasa bahwa dirinya menyebalkan. Bagaimana tidak, alasan ia di pulau ini adalah karena salah satu sahabatnya akan menikah. Tapi lihat saja dimana Marin sekarang ini, bukannya bertemu dengan kedua sahabatnya, ia justru bertemu dengan client. 4 client pula.
Marin berjalan menyusuri jalanan menuju ke hotel. Jarak dari hotel dengan cafe tempat ia bertemu dengan client hanyalah 2 KM, karena itu ia lebih memutuskan untuk berjalan kaki. Lagipula, dengan berjalan kaki seperti ini feel di Bali lebih terasa bagi Marin. Jalanan di Bali dipenuhi dengan foreigner yang juga sedang asik menikmati suasana di Bali.
Meow meow meow.
Marin menghentikan langkahnya, menolehkan kepalanya ke segala arah untuk mencoba mencari tahu darimana suara kucing itu berasal. Hingga ia menemukan seekor kucing putih kecil bersembunyi dibalik pot tanaman. Marin mendekat untuk memeriksa apakah kucing itu baik-baik saja. Dan betapa terkejut dirinya saat melihat pergelangan kaki si kucing memerah, entah karena memar atau bagaimana.
“Sakit banget ya?” tanya Marin yang hanya dibalas dengan suara mengeong dari si kucing. “Tunggu bentar ya, nanti aku balik lagi. Kamu jangan kemana-mana dulu” pamitnya seraya menuju ke toko terdekat.
Marin adalah seorang pecinta binatang, ia sangat menyukai hewan-hewan kecil seperti kucing tadi. Namun ia justru ditakdirkan sebagai seseorang yang alergi dengan bulu kucing. Marin pergi ke toko terdekat untuk mendapatkan sesuatu yang bisa ia gunakan untuk membawa kucing itu. Setidaknya agar gejala alergi yang muncul tidak akan seburuk saat ia memegang kucing dengan tangan kosong.
Saat Marin kembali, ia melihat seseorang sedang duduk disamping pot tanaman dimana tempat kucing itu berada. Ia menghentikan langkahnya dan memperhatikan orang itu. Namun tidak lama kemudian, orang itu pergi berjalan menjauh. Marin mendekati pot tanaman itu dan mendapati bahwa kucing tadi sudah tidak ada. Apakah orang tadi yang membawa kucing itu pergi?